BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Analisis tanah pada
dasarnya bertujuan memberikan data sifat fisika dan kimia serta status unsure
hara di dalam tanah.Analisis tanah digunakan selain untuk penelitian
klasifikasi tanah dan evaluasi lahan, juga untuk penelituian kesuburan agar
dapat memberikan rekomendasipemupukan untuk perbaikan kesuburan tanah dan
peningkatan hasil pertanian.Analisis tanah untuk klasifikasi dan evaluasi lahan
lebih banyak memerlukan data sifat dan karakteristik tanah dibandingkan data
status unsur hara dalam tanah, sedangkan penelitian kesuburan lebih ditekankan pada
data status unsure hara.Metode analisis untuk klasifikasi tanah diberikan oleh
USDA, Soil Conservation Service (1928); sedangkan metode analisis untuk
kesuburna tanah dipilih dari Counsil on Soil Testing and Plant Analysis,
University of Georgia (1980).
Tingkat
kesuburan tanah merupakan salah satu factor modal yang harus diperhitungkan,,
disamping faktor lain seperti keadaan lingkungan termasuk iklim, serangan hama
penyakit ataupun tanaman pengganggu. Tanah yang lebih subur akan berproduksi
lebih tinggi dari pada tanah yang kurang subur, bila tidak ada hambatan dari
lingkungannya. Analisis tanah hanya dapat dilakukan terhadap sejumlah kecil
contoh tanah, diamna contoh tersebut harus benar-benar mewakili daerah asal,
supaya tanah merupakan suatu tahap terpenting, dimana pengambilan contoh tanah
yang kurang baik dapat menghasilkan angka-angka analisis menyimpang dari yang
seharusnya.Selain sumber kesalahan terjadi disebabkan karena kesalahan analisis
di laboratorium.
Sumber
kesalahan analisis yang mungkin terjadi di laboratorium antara lain : a) Bahan
kimiayang tidak murni atau telah mengalami kontaminasi; b) Pelaksana analisis
yang kurang teliti mengikuti cara kerja analisis; c) kerusakan alat pengukuran.
Kesalahan
ketidakmurnian bahan kimia dapat dihindarkan dengan mengkoreksi hasil penetapan
contoh dengan hasil penetapan blanko. Penetapan blanko adalah penetapan tanpa
contoh dengan penggunaan dan jumlah bahan kimia yang sama serta pengerjaan yang
sama dengan penetapan contoh. Jadi hasil pengukuran blanko menunjukan kemurnian
bahan kimia yang digunakan.
Kesalahan
dari pelaksana analisis dapat ditunjukan dari penetapan duplo.Penetapan duplo
adalah penetapan dua ulangan untuk satu contoh.Hasil yang diperoleh dari kedua
ulangan tersebut memperlihatkan ketelitian pelaksana analisis. Makin kecil perbedaan
kedua ulangan tersebut, makin baik cara kerja analisis tersebut, sehingga
kesalahan dari pelaksana analisis dapat dihindari.
Kesalahan dari
kerusakan alat pengukuran dapat dilihat dari hasil penetapan contoh standar
(contoh referensi).Penetapan contoh standar adalah penetapan yang dilakukan
terhadap contoh yang telah diketahui kadarnya.Contoh standar ini biasanya
dibuat sendiri dengan mengumpulkan tanah komposit sebanyak-banyaknya.Contoh
tanah komposit yang dianalisis diaduk sampai homogeny, dikeringudarakan,
digiling, dan diayak dengan ayakan yang sesuai.Kemudian dianalisis beberapa
kali sampai mendapatkan hasil rata-rata.Hasil inilah yang menjadi patokan, jika
contoh standar ini ditetapkan lagi bersama-sama dengan penetapan contoh;
sehingga jika ada penyimpangan hasil dari contoh standar ketika diikut sertakan
pada penetapan contoh maka kita harus curiga pada alat pengukurannya.
Untuk menghindari semua
sumber kesalahan tersebut di atas, maka setiaap mengerjakan analisis perlu
mengikut sertakan penetapan blanko, penetapan duplo, dan penetapan contoh
standar.Dalam pengerjaan analisis tanah, sebaiknya untuk satu seri dikerjakan
tiga puluh contoh tanah, satu blanko, satu contoh standar; dan setiap sepuluh
contoh diselipkan satu duplo.
1.2 WAKTU DAN TEMPAT
Hari/Tanggal : Sabtu, 02 Juni 2012
Waktu : 10.00 s/d 14.30 WIB
Tempat : Laboratorium Kimia Fakultas
Pertanian Universitas Padjajaran
BAB
II
KAJIAN
TEORI
KEGIATAN
1 : “Cara Pengambilan Contoh
Tanah”
Contoh
tanah juntuk analisis kesuburan sebaiknya merupakan contoh komposit, yaitu
contoh tanah campu7ran dari contoh-contoh tanah tanah individu yang diambil
dari lulusan tertentu. Suatu bidang tanah yang akan diambil contohnya terlebih
dahulu diamati dengan cermat keadaan lingkungannya (land feature), seperti:
keadaan topografi, keadaan permukaan karena pengaruh erosi, pengolahan tanah,
land use, dan jenis tumbuhan, keadaan bebatuan, dan lain-lain yang spesifik
(adanya sebaran arang, lahan terbakar, tumpukan kotoran hewan atau sampah).
Sebelum
pengambilan contoh tanah, tempat pewakil komposit dicangkul dalam keadaan utuh
dan dipeeriksa secara visual keadaan strukturnya; konsistensi dan teksturnya
dengan jari-jari tangan, warna tanah dengan Munsell Color Chart; karatan;
kelembabanl; perakaran, pori-pori tanah; aktivita organisme; dan adanya mineral
tertentu.
Hasil pengamatan ini akan menentukan pembagian
satuan lahan yang memiliki tingkat homogenitas yang relatif seragam (mendekati
kesamaan sifar). Hamparan tanah yang homogeny memiliki cirri yang sama dalam
beberapa sifat tanah dan keadaan lingkungannya. Seperti warna tanah dan
pertumbuhan tanaman kelihatan sama. Untuk satuan lahan sebesar (10 – 15) hektar xukup dambil 1 sample tanah
komposit yang merupakan campuran dari (20 – 30) contoh tanah individu. Contoh
tanah individu tersebut diambil dari lapisan olah (lapisan perakaran). Biasanya
untuk tanaman semusim pada kedalaman (0 – 20) cm atau (0 – 30) cm, sedangkan
untuk tanaman tahunan yang perakarannya dalam, contoh tanah diambil dari tiga
lapisan (0 – 30) cm, (30 – 60) cm, dan (60 – 90) cm
Contoh
tanah individu dibersihkan dari alat, rumput-rumputan dan sisa-sisa tumbuhan
atau bahan organik mentah/serasah yang terdapat pada permukaan tanah.Keadaan
tanah saat pengambilan contoh sebaiknya keadaan lembab (udic moisture rezim)
yang dianggap sebagai keadaan yang cukup baik untuk pengolahan tanah.
Pengambilan contoh tanah individu dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu : (a)
cara sistematis, dan (b) cara acak.
1.1
Cara Sistematis
Pengambilan
contoh tanah dilakukan mengikuti sistem yang dianggap dapat mewakili satuan
lahan yang diambil contoh individunya. Cara sistematis dapat dilakukan dengann sistem
diagonal dan sistem zigzag.
Sistem Diagonal
Prosedur
pengambilan contoh adalah sebagai berikut :
1. Memilih
1 (satu) titik pusat pada lahan yang akan diambil contoh tanahnya.
2. Menentukan
4 (empat) titik pengambilan di sekelilingnya.
3.
X
X X X
X
|
Gambar
1. Titik-titik yang ditetapkan pada suatu lahan untuk pengambilan contoh tanah
individu dengan sistem diagonal
4. Satuan
lahan seluas (0 – 2.50) hektar cukup ditentukan oleh 1 (satu) diagonal (5
titik). Jika luas lahan (10 – 15) hektar berarti terdapat 4 sampai 6 diagonal
atau (20 – 30) titik yang ditentukan
dengan jumlah contoh tanah individu (gambar 2).
5. Contoh-contoh
tanah individu tersebut diambil dari setiap titik tempat pengambilan sebanyak
200 g dengan cangkul atau bor tanah pada lapisan olah (lapisan perakaran) atau
tiap kedalaman tertentu yang direncanakan. Kemudian contoh dari lapisan yang
sama dicampur sampai benar-benar merata lalu diambil 1 kg dan dimasukkan
kedalam kantung plastik dan diberi label lengkap.
Sistem
Zig-zag
Cara
pengambilan contoh tanah ini dilaksanakan dengan sistem zigzag, yaitu
berselang-seling. Prosedur pengambilan contoh aadalah sebagai berikut:
1. Menentukan
titik-titik yang akan digunakan sebagai tempat pengambilan contoh tanah secara
zigzag (Gambar 3).
2. Persyaratan
dan cara pengambilan contoh tanah sama seperti sistem diagonal, hanya saja
berbeda dalam cara penentuan tempat pengambilan contoh.
3. Biasanya
pengambilan contoh dengan sistem zigzag ini cocok digunakan manakala keadaan
tanah relative datar dalam hamparan yang relative luas.
4. Tiap
titik pengambilan contoh dianggap paling mewakili contoh individual.
X X
X X X X X X X
X X
X X X
X
|
Gambar 2.Contoh penentuan titik-titik
dengan sistem diagonal pada satuan lahan seluas 10-15 hektar.
Gambar 3. Contoh titik-titik yang
ditentukan pada suatu lahan sebagai tempat pengambilan contoh tanah individu
dengan sistem zigzag pada lahan seluas 15 Ha.
1.2.
Cara Acak
Pengambilan contoh
tanah secara acak dilakukan dengan menentukan titik-titik pengambilan contoh
tanah secara acak, tetapi menyebar rata diseluruh bidang tanag yang
diwakili.Setiap titik yang diambil mewakili daerah sekitarnya (gambar 4).
X X
X X X
X X x
X X X
X
|
Gambar 4. Pengambilan contoh tanah
secara acak
Persyaratan
dan cara pengambilan contoh tanah secara acak sama seperti pada sistem diagonal
dan zigzag, namaun cara penentuan tempat pengambilan contoh tanahnya berbeda.
Semua
contoh tanah komposit dimasukkan ke dalam kantong plastic serta diberi label
(keterangan) luar dan dalam. Label dalam harus dibungkus denagan plastic supaya
tulisan tidak kotor dan basah, sehingga label tersebut dapat dibaca sesampainya
di laboratorium tanah; sedangkan label disatukan pada saat pengikatan plastic.
Pada
label diberi keterangan sebagai berikut :
Kode
Pengambilan : ………………………………………
No.
contoh tanah : ………………………………………
Asal
dari : Desa …………………………….
Kec ……………………………….
Kab ………………………………
Tanggal
pengambilan : ……………………………………..
Nama
alamat pemohon : ……………………………………..
|
Selain label yang diberi keterangan,
contoh tanah yang dikirimkan agar dilengkapi dengan peta situasi, peta lahan
dan peta lokasi contoh nomor (1,2 dan seterusnya). Riwayat sampel tanah, ada
perlakuan atau tidak, tanaman ada yang tumbuh dilokasi pengambilan sampel tanah
?
KEGIATAN
2 : “Persiapan Contoh Di
Laboratorium”
2.1
Pencatatan Contoh
Contoh
dari lapangan yang disertai dengan surat permintaan analisis berisis daftar
contoh dan jenis analisis yang diperlukan, diterimaoleh administrasi
laboratorium. Dalam buku administrasi dicatat nomor permintasan analisis,
jumlah dan nomor contoh. Untuk setiap contoh dibuat nomor laboratorium yang ditulis
pada label karton. Administrasi laboratorium bertugas membuat laporan hasil
analisis yang telah selesai dikerjakan, selanjutnya surat permintaan dan daftar
hasil analisis di dokumentasikan.
2.2
Pengeringan
a. Contoh
disebarkan diatas tampah yang dialasi kertas sampul. Label karton yang berisi
nomor laboratorium diselipkan di bawah kertas.
b. Akar-akar
dan sisa-sisa tanaman segar, kerikil, dan kotoran lain dibuang.
c. Bongkahan
besar dikecilkan dengan tangan.
d. Simpan
pada rak di ruangan khusus bebas kontaminasi yang terlindung dari sinar
matahari atau dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 40oC.
2.3
Penumbukan dan pengayakan
Siapkan
contoh-contoh tanah ukuran partikel <2 mm dan >0,5 mm dengan cara sebagai
berikut:
a. Contoh
ditumbuk pada lumping porselin atau mesin giling dan diayak dengan ayakan
ukuran lubang 2 mm.
b. Simpan
dalam botol atau kantong plastik yang sudah diberi nomor contoh.
c. Contoh
< 0.5 mm diambil dari contoh < 2 mm, digerus atau digiling dan diayak
dengan ayakan 0.5 mm.
d. Lumpang,
ayakan, dan alat-alat lainnya harus bersih sebelum dipakai untuk contoh
berikutnya.
2.4
Penyimpanan
Contoh
yang akan dianalisis disimpan diruangan yang dekat dengan ruangan timbang.
Setelah selesai dianalisis disimpan dalam gudang penyimpanan contoh
untukbjangka waktu tertentu agar memudahkan bila diperlukan pengulangan
analisis.
KEGIATAN
3 : “Analisis Tanah”
3.1
Penetapan Kadar Air Kering Mutlak
Contoh
tanah telah dipanaskan pada suhu 105oC selama tiga jam untuk
menghilangkan air. Kadar air dari contoh diketahui dari perbedaan bobot contoh
sebelum dan setelah dikeringkan. Faktor koreksi kelembaban dihitung dari kadar
air contoh.
Peralatan
:
1. Cawan
Alumunium
2. Penjepit
tahan karat
3. Oven
4. Eksikator
5. Neraca
Analitik
Bahan
:
Contoh tanah
Cara
kerja :
1. Timbang
cawan alumunium dengan timbangan analitik (w0).
2. Masukan
5 gram contoh tanah kering udara (KU) ke dalam cawan alumunium tadi, kemudian
timbang kembali (w1).
3. Keringkan
dalam oven pada suhu 105oC selama 3 jam.
4. Angkat
cawan yang berisi tanah dengan penjepit dan masukkan ke dalam eksikator.
5. Setelah
dingin (±15 menit), kemudian timbanng kembali (w2), disebut bobot
kering mutlak (KM).
6. Bobot
air / kehilangan bobot adalah w1
- w2.
Penghitungan
:
Kadar
air (KA) (%) = (w1 - w2) : (w1 - w0) x 100%
=
(17,1745 – 16,8823) : (17,1745 – 12,1745)
=
0,2922 : 5= 0,05844
Faktor Kadar Air (FKA) = 100 : (100 – KA)
= 100 : (100 –
0,05844)
= 100 : 99,94156
= 1,00059
Hasil
Pengamatan :
No
|
Contoh Tanah
|
Bobot Cawan
(w0)
|
Bobot
Cawan + Tanah KU (w1)
|
Bobot Cawan + Tanah KM (w2)
|
1
|
Kelompok 12
|
12,1745
|
17,1745
|
16,8823
|
2
|
Kelompok 1
|
11,8885
|
16,8885
|
16,5832
|
3
|
Kelompok 2
|
12,2062
|
17,2062
|
16,8512
|
4
|
Kelompok 9
|
12,6945
|
17,6945
|
17,3506
|
5
|
Kelompok 13
|
12,5345
|
17,5345
|
17,2285
|
6
|
Kelompok 14
|
12,1347
|
17,1347
|
16,7593
|
KEGIATAN
4 : “Penetapan Kemasanan Tanah
(pH)”
Dasar
penetapan :
Nilai
pH adalah indicator kemasaman tanah (reaksi tanah) yang dicirikan oleh nilai
min log konsentrasi H+(pH). Semakin tinggi konsentrasi H+
dalam larutan tanah maka tanah bereaksi ke arah masam atau nilai pH semakin
rendah. Tanah-tanah yang bereaksi basa akan mempunyai nilai pH > 7.
Konsentrasi
H+ di dalam larutan tanah diukur oleh pH meter dan dikonversi dalam
skala pH dengan electrode gelas yang selektif khusus mengukur [H+],
sehingga memungkinkan hanya mengukur potensial yang disebabkan konsentrasi H+.
potensial yang timbul diukur berdasarkan potensial electrode pembanding
(kalomel atau AgCl). Biasanya digunakan 1 elektrode yang sudah terdiri atas
electrode pembanding dan electrode gelas (electrode kombinasi).
Konsentrasi
H+ yang diekstrak dengan air menyatakan kemasaman aktif (actual)
sedangkan pengekstrak KCL 1 N menyatakan kemasaman cadangan potensial.
Peralatan
:
1.
Neraca Analitik
2.
Botol Kocok
3.
Dispenser 50 ml gelas ukur
4.
Mesin kocok
5.
Labu Semprot
6.
pH meter
Pereaksi
:
1. Air
bebas ion
2. Larutan
buffer pH 4,0
3. Larutan
buffer pH 7,0
Cara
Kerja :
1.
Timbangan 10 g contoh sebanyak dua buah,
satu untuk penetapan pH H2O dan satu lagi untuk penetapan pH KCL.
2.
Masing-masing dimasukkan ke dalam botol
kocok 100mlbebas ion; dan untuk pH KCL, tambahkan 25 mL KCL 1 N.
3.
Kocok dengan mesin pengocok selama 30 menit. Kalau tidak ada mesin
pengocok dapat diaduk dengan batang pengaduk dari gelas atau digoncang dengan
tangan. Biarkan sebentar atau paling lama 1 jam.
4.
Ukur dengan pH meter yang telah di
kaliberasi menggunakan larutan buffer pH 7,0 dan 4,0
5.
Nilai pH dicatat dalm satu decimal,
contoh 6,4.
Catatan
:
1.
Prosedur di atas menggunakan rasio 1 :
2,5
2.
Rasio dapat berubah sesuai jenis contoh
dan permintaan.
NO
|
Contoh
Tanah
|
pH
(H2O)
|
pH
KCL
|
1
|
Kelompok 12
|
6,80
|
5,75
|
2
|
Kelompok 1
|
6,03
|
5,18
|
3
|
Kelompok 6
|
6,52
|
5,03
|
4
|
Kelompok 7
|
6,17
|
5,01
|
5
|
Kelompok 9
|
6,53
|
5,12
|
6
|
Kelompok 13
|
6,49
|
5,62
|
KEGIATAN
5 : “Penetapan N-Total Metode
Kjeldahl”
Dasar
Penetapan :
Senyawa
nitrogen dioksidasi melalui pemanasan
dalam lingkungan asam sulfat pekat dengan katalis campuran selem membentuk
(NH4)2SO4. Kadar ammonium dalam ekstrak ditetapkan dengan cara destilasi.
Selanjutnya, ekstrak dibebaskan dengan penambahan larutan NaOh, dan NH3 yang
dibebasklan diikat oleh asam borat, kemudian dititrasi dengan larutan baku HCL
0,005 N.
Peralatan
:
1.
Labu Kjedahl 100 ml
2.
Labu Erlenmeyer 250 ml
3.
Labu didih 1000 ml
4.
Pemanas destruksi Kjedahl
5.
Alat destilasi N-Kjedahl
6.
Ruang asam
7.
Buret
Bahan
:
1.
H2SO4 pekat p.a
2.
NaOH 40%
3.
H3BO3 4%
4.
Indikator campuran selenium
5.
HCL 0,005 N
Cara
Kerja :
1.
Timbang 500 mg tanah diameter 0,5 mm,
masukkan ke dalam labu Kjedahl.
2.
Tambahkan 1 -2 g campuran selen (satu ujung spatula).
3.
Tambahkan 3 mL H2SO4 pekat kedalam labu
tersebut,goyangkan perlahan agar semua tanah tercampur rata dan terbasahi oleh
H2SO4.
4.
Panasi labu diruang asam, mula-mula
dengan api/panas rendah, setelah 3 – 5 menit panas ditinggikan selama 30 – 60
menit hingga larutan jernih, kemudian didinginkan.
5.
Pindahkan ke dalam labu didih (labu
destilasi) secara kuantitatif, tambahkan 20 ml NaOH 40%.
6.
Destilasi dimulai, tamping destilat
dengan Erlenmeyer 250 mL yang telah terisi 10 mL H3BO3 4%
dan 3 – 5 tetes indicator campuran, isi destilat sampai kurang lebih 100 mL.
7.
Titrasi destilat dengan HCL 0,05 N yang
normalitasnya telah dibakukan terlebih dahulu sampai terjadi perubahan warna
dari hijau ke merah muda.
8.
Lakukan juga penetapan blanko.
Perhitungan
:
% N =
=
2,5 – 0,1 x 0,04884 x 14 x 1,00059
=
1,6407
Hasil
Pengamatan :
No
|
Contoh
Tanah
|
mL
blanko
|
mL
contoh
|
1
|
Kelompok 12
|
0,1
|
2,5
|
2
|
Kelompok 9
|
0,1
|
5
|
3
|
Kelompok 2
|
0,1
|
3
|
4
|
Kelompok 1
|
0,1
|
1,6
|
5
|
Kelompok 13
|
0,1
|
1,5
|
6
|
Kelompok 7
|
0,1
|
1,5
|
KEGIATAN
6 : “Penetapan P2O2
dan K2O Ekstrak HCl 25%”
Dasar
Penetapan :
Fosfor
dalam bentuk cadangan ditetapkan dengan menggunakan pengekstrak HCl 25 %.
Pengekstrak ini akan melarutkan bentuk-bentuk senyawa fosfat dan kalium
mendekati kadar P dan K-total. Ion fosfat dalam ekstrak akan bereaksi dengan
ammonium molibdat dalam suasana asam membentuk asam fosfomolibdat. Selanjutnya akan
bereaksi dengan asam askorbat menghasilkan larutan biru molibdat. Intensitas
warna larutan dapat diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 639
nm, sedangkan kalium diukur dengan flamefotometer.
Peralatan
:
1.
Neraca analitik timbangan
2.
Botol kocok
3.
Mesin kocok bolak-balik
4.
Pipet dan tabung reaksi
5.
Spectrometer / Kolorimeter
6.
Flamefotometer
Reagen
:
1.
HCl 25%
Encerkan
675,68 mL HCl pekat (37%) dengan aquadest menjadi 1 L.
2.
Pereaksi fosfat pekat
Larutkan
12 g (NH4)6 MO7O24.4H2O
dengan 100 mL aquadest dalam labu ukur 1 L/ tambahkan 0,277 g K(SbO) C4H4O6.0,5H2O
dan secara perlahan 140 mL H2SO4 pekat. Jadikan 1 L dengan aquadest.
3.
Pereaksi pewarna P
Caampur
1,06 g asam askorbat dengan 100 mL pereaksi P pekat kemudian dijadikan 1 L
dengan aquadest. Pereaksi P ini harus selalu dibuat baru.
4.
Standar induk P2O2 500 ppm.
Dilarutkan
0,958 g KHPO4 (dikeringkan 40oC) dengan aquadest dalam
labu ukur 100 mL, ditambah beberapa tetes chloroform ppm PO4,
kemudian ditambah aquadest sampai tanda batas.
5.
Deret standar P2O5
:
0,0;
0,5; 1,0; 2,0; 4,0; 6,0; 8,0; ppm P2O5 yang diambil dari standar induk dengan
urutan 0,0; 0,5; 1,0; 2,0; 4,0; 6,0; dan 8,0 ke dalam labu ukur 100 mL, di
tambah masing-masing 2 mL HCl 25% , kemudian diimpitkan dengan aquadest.
6.
Standar induk 100 ppm K
Larutkan
0,1582 g KCl p.a. dalam labu ukur 1000
mL dengan aquadest sampai tanda batas.
7.
Deret standar K2O
Pipiet
berturut-turut : 0,0; 2,0; 4,0; 8,0;
12,0; 16,0; dan 20,0 mL standar induk 100 ppm ke dalam labu ukur 100 mL.
tambahkan 5 mL HCl 25%, kemudian diimpitkan dengan aquadest sampai tanda batas.
Cara
Kerja :
1.
Timbang 2,0 g contoh tanah ukuran <2
mm, masukkan ke dalam botol kocok dan tambahkan 10 mL HCl 25%.
2.
Kocok dengan mesin kocok selama 5 jam,
kemudian dibiarkan semalam atau disentrifuse selama 15 menit.
3.
Cairan jernih dipipet 0,5 mL ke dalam
tabung reaksi dan tambahkan 9,5 mL aquadest (pengenceran 20 kali) kocok
sebentar.
4.
Pipet 2 mL ekstrak contoh encer kedalam
tabung reaksi dan tambahkan 10 mL larutan pereaksi P. kocok kemudian biarkan
selama 30 menit.
5.
Ukur transmitentnya (presentase P)
dengan spectrophotometer atau calorimeter pada panjang gelombang 693 nm.
6.
Untuk kalium, ekstrak contoh encer dan
deret standar K diukur langsung dengan alat AAS (Atomic Absobption
Spektrofotomentric).
Perhitungan
:
Kadar
P potensial mg P2O5 (100 g)-1
=ppm kurva x ml ekstrak/1.000 ml) x
100 g (g contoh)-1 x fk x (142/190) x fk
=ppm kurva x 10/1.000 x 100/2 x 20 x
142/190 x fk
=ppm kurva x 10 x 142/190 x fk
Langkah-Langkah
Perhitungan P-Total & K-Total :
Linear : y = a + b.x
1. Cari
a & b & y terlebih dahulu,
b
=
a
=
=
=
=
=
=
=
b
= 0,0432 a = 0,0187
y
= a + b.x
0,305
= 0,0187 + 0,0432 x
0,305
– 0,0187 = 0,0432 x
0,2863
= 0,0432 x
x =
x = 6,627
ppm
Kadar
P-Potensial mg P2O5 (100 g)-1
Dik : ppm kurva (x) = 6,627
mL ekstrak = 12
gr contoh =
2
FP =
20 kali
FKA = 1,00059
P =
ppm kurva x (ml ekstrak/1.000 ml) x 100g( g contoh)-1 x fp x (142/190) x fk
= 6,627
x 12/1.000 x 100( 2 ) x 20 x 0,75 x 1,00059
= 6,627x
0,012 x 200 x 20 x 0,75 x 1,00059
P =
238,71
Kadar
K potensial mg K2O (100 g)-1
Dik : ppm kurva =
12,3439
mL ekstrak = 12
faktor pengencer = 20
FKA
= 1,00059
K-Potensial =
=
=
K-Potensial
= 178,598
Keterangan
:
ppm kurva = kadar contoh yang didapat dari kurva hubungan antara kadar
deret standar
dengan keadaan setelah dikoreksi
blanko.
Fk =
faktor koreksi kadar air = 100/(100 - % kadar air)
Fp =
faktor pengenceran
142/190 = faktor konversi bentuk PO4 menjadi P2O5
94/78 = faktor konversi bentuk K menjadi K2O
Hasil Pengamatan :
P2O5
Ekstrak HCl 25%
No
|
Contoh Tanah
|
mL ekstrak
|
ppm kurva
( x )
|
1
|
Kelompok 12
|
12
|
238,71
|
K2O
ekstrak HCl 25%
No
|
Contoh Tanah
|
mL ekstrak
|
ppm kurva
|
1
|
Kelompok 12
|
12
|
12,3439
|
2
|
Kelompok 1
|
12
|
10,3885
|
3
|
Kelompok 2
|
12
|
6,4002
|
4
|
Kelompok 6
|
12
|
6,5042
|
5
|
Kelompok 9
|
12
|
5,8420
|
6
|
Kelompok 13
|
12
|
5,5206
|
BAB
III
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum kesuburan tanah
dan nutrisi tanaman yang dilaksanakan di Laboratorium Kimia UNPAD Jatinangor,
ketelitian dan kehati-hatian itu sangat diperlukan, karena dalam laboratorium itu
banyak bahan-bahan yang berbahaya.
BAB IV
PENUTUP
Demikian
laporan praktikum ilmu tanah yang berjudul “Analisis Sifat Fisik Tanah” yang
telah saya buat.Semoga dapat menjadi bahan pertimbangan penilaian mata kuliah
Ilmu Tanah.Mohon maaf apabila dalam laporan ini terdapat banyak kekurangan,
karena keterbatasan data dan lain sebagainya, saya ucapkan terimakasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu terlaksananya praktikum imu tanah ini.Semoga
laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi diri saya
sendiri.
good
BalasHapusCaesars Palace - New Orleans Casino Hotel - Mapyro
BalasHapusGet directions, reviews and 김제 출장마사지 information for Caesars 양산 출장안마 Palace in New 당진 출장샵 Orleans, LA. Caesars 평택 출장안마 Palace (formerly 상주 출장마사지 the Orleans Casino)